Aku selalu mengaguminya... Dia adalah sosok luar biasa yang tidak ada duanya.
Aku selalu mengaguminya... Saat kedua tangannya menggebuk drum, dan keringat bercucuran di kening dan sekujur tubuhnya. Setiap melihatnya menggebuk drum-nya dengan garang, memutar-mutar stick drum di sela-sela jeda lagu, aku selalu membayangkan: jika saja aku bisa seperti dirinya.
Ketika dia mendengarkan lagu-lagu dari band pujaan hatinya--Iron Maiden--di rumah, dia menggenggam stick drum kesayangannya di kedua tangan. Akupun menirunya dan menggenggam kedua stick drum miliknya yang lain. Lalu kami akan menggerak-gerakkan kedua stick drum di tangan kami. Sambil menggebuk lengan kursi seakan itu simbal, sambil menggebuk kursi seakan itu senar drum, dan menghentak-hentakkan kaki di lantai dan menganggapnya seakan kami sedang menginjak pedal pemukul drum dengan semangat. Kami berkeringat. Dan kami sangat menikmati saat-saat itu.
Sepulang sekolah ketika dia masih belum berada di rumah dan masih bekerja di kantor, aku menyusup ke kamar belakang, tempat di mana satu set drum standar bertengger. Aku duduk di kursinya yang agak terlalu tinggi sehingga kakiku tidak mampu mencapai pedal. Maka aku memutar mekanisme di kursi itu untuk membuatnya menjadi lebih pendek. Semua OK, dan aku pun mulai menggebuk drum itu. Aku membayangkan seakan-akan aku dirinya, aku membayangkan seakan-akan aku juga bermain di atas panggung. Aku merasa fantastis saat itu. Sangat keren...
Sore itu, dia memutuskan untuk mengajariku memainkan drum untuk pertama kalinya. Aku ingat jantungku yang berpacu dengan cepat karena suntikan semangat yang secara mendadak mengaliri tubuhku. Dia mengatakan padaku untuk memperhatikannya. Dia memainkan drum itu dengan sederhana dan aku memperhatikannya. Setelah beberapa saat berlalu, dia menyerahkan kedua stick dalam genggamannya padaku.
"Nyoh, maenno koyok Ayah maeng (Ini, lakukan seperti yang baru saja Ayah lakukan)," katanya sambil menahan senyum.
Aku tidak tahan untuk tidak nyengir dan meraih kedua stick itu dari tangannya yang berkeringat.
Lalu aku mulai memainkannya. Saat itu aku berpikir, aku menyukai ini, aku menyukai ini...
"Jogoen tempone, ojo koyok ngono (Jaga temponya, jangan seperti itu)," katanya lagi sambil memperhatikanku. Meski tidak mengerti maksudnya, aku mengangguk-anggukkan kepala seakan mengerti.
Lalu, ibuku datang. Dia memandangku dan mengatakan sesuatu pada ayahku yang akan mengubah segalanya.
"Aduh, mas, arek iki ojo diajari ngedrum. Tambah ngelanangi ngkok. (Aduh, mas, anak ini jangan diajari ngedrum. Nanti tambah tomboy dia.)," kata ibuku dengan raut khawatir.
Saat itu, tanpa menunggu perintah Ayah, aku berhenti memainkan set drum di hadapanku. Aku meletakkan kedua stick drum yang semula di tanganku, lalu berdiri, dan menangis.
Hari itu adalah hari pertama dan terakhir Ayah mengajariku memainkan drum.
Setiap pulang sekolah, aku masih memainkan drum di kamar belakang. Selalu memainkan yang sama. Lagi dan lagi. Lama kelamaan aku menjadi bosan dan lambat laun berhenti melakukannya.
Aku memang sudah lama berhenti memainkan set drum lagi. Aku sudah lama berhenti berharap menjadi seperti ayahku. Tapi, rasa kagumku padanya tidak pernah berubah. Bagiku, dialah ayah paling keren yang pernah ada. Ayahku.
Selasa, 29 Maret 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Popular Posts
-
Alkisah , sebuah meteor tengah dalam perjalanannya menuju bumi. Saat itu adalah hari yang sunyi di Tokyo pada tahun 2012. Jalanan Tokyo beg...
-
Keempat personil J-Rocks mengangguk-angguk cepat seakan tidak sabar untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Waktu itu jam sudah menunjukkan...
-
Tugas ke-2 KSPK: membahas orang kreatif yang ada di sekitar kita. Aku sempat bingung mendapat tugas ini, apa lagi setelah mendapat jarkom ba...
-
PROLOG Kemarin (3 Mei 2011) seorang teman di kelasku menawarkan sesuatu yang menarik perhatianku. Dia berdiri di depan kelas selagi menant...
-
Waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 pada 8 Mei 2011. Para penonton Acara Puncak Accounting Carnival (AP/AC) sudah mulai berdatangan. Mereka ...
-
Waktu lagi iseng-iseng cari info tentang proklamasi kemerdekaan di mbah google, secara gak sengaja saya menemukan artikel ini. Artikel ini m...
-
Aku selalu mengaguminya... Dia adalah sosok luar biasa yang tidak ada duanya. Aku selalu mengaguminya... Saat kedua tangannya menggebuk dru...
-
"Ayo kita KIck-off!!!" Itulah yang selalu diucapkan Ray setiap kali akan bermain sepakbola. Begitu penuh dengan semangat. Kare...
About Me
- Kenzarah Zhetira Alam
- Tangerang, Banten, Indonesia
- Mengetahui apa yang kumau dan apa yang kumampu, lalu membuatnya menjadi luar biasa sesederhana apapun sesuatu itu, itulah jalan menuju kesuksesan bagiku.
Follower
Archive
Labels
- Lounge (1)
- My First Novel (1)
- My Journal (5)
- Review (Movies) (1)
Always love ayah, papa, bapak, pak'e...
BalasHapusDengan sebutan apapun kita menyebutnya. :')
Ho'oh. Setuju!
BalasHapus