Senin, 16 Mei 2011

Batas Antara Plagiat dan Terinfluence

Keempat personil J-Rocks mengangguk-angguk cepat seakan tidak sabar untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Waktu itu jam sudah menunjukkan kira-kira pukul 21.00. Hanya beberapa menit waktu yang tersisa sebelum J-Rocks harus tampil di atas panggung. Sesaat, terdengar suara-suara dari panggung Lapangan Pondok Betung; rangkaian acara lain sedang berlangsung di sana.


"Ya," jawab mereka akhirnya. "Terinfluence dan plagiat itu beda, ya. Plagiat itu meniru, menjiplak sekali. (Istilahnya) copy-paste, itu (yang dinamakan) plagiat. Tapi, kalau terinfluence, mungkin hanya nuansanya yang terpengaruh. Seperti kita (kami, red.) terpengaruh dengan musik-musik Jepang, tapi bukan meniru atau mengkopi langsung gitu, terinfluence."


Itulah tanggapan personil J-Rocks setelah ditanyai perihal isu plagiarisme yang menimpa mereka. Seperti kita ketahui, beberapa pihak memang memiliki pendapat bahwa J-Rocks merupakan salah satu band dari Indonesia yang memplagiat karya dari musisi luar negeri. Sementara itu, band J-Rocks sendiri mengatakan bahwa mereka hanya terpengaruh. Terinfluence.


PENGERTIAN PLAGIARISME
Begitu Sony naik ke atas panggung dan memainkan gitarnya, saya mempunyai harapan baik mengenai penampilan J-Rocks. Gitaris J-Rocks tersebut memainkan gitarnya dengan sangat baik. Introduksi yang cukup menarik dan menggugah di kala malam beranjak larut. Namun, kehebatan yang sesungguhnya baru benar-benar dimulai ketika grup band asal Jakarta yang berdiri tahun 2003 tersebut menghentak Lapangan Pondok Betung dengan lagu pertama mereka. Kisaran 700 penonton yang malam itu hadir di lapangan Pondok Betung seketika berjingkrak-jingkrak berbagi kebahagiaan.
Rentetan lagu-lagu mereka digeber dan disambut dengan nyanyian oleh massa penonton. Tak bisa dipungkiri lagi bahwa band ini adalah salah satu band luar biasa yang dimiliki Indonesia. Terbukti dengan begitu banyaknya fans yang mereka miliki, yang tergabung dalam komunitas bernama J-Rockstar. Akan tetapi, seperti kita ketahui, beberapa pihak beranggapan bahwa band yang sedang dalam penampilan hebatnya ini menjiplak karya musisi lain yang berasal dari negeri sakura. Menjiplak, atau istilahnya: plagiat.
Sebagai orang awam yang hanya memiliki sekelumit pengetahuan tentang musik, saya bertanya-tanya sendiri. Sebenarnya, apa arti plagiat itu sendiri? Bagaimana bisa orang-orang tersebut mengatakan seorang musisi meniru karya orang lain?
Menurut KBBI, Plagiarisme atau sering disebut plagiat adalah penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dan sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri. Dalam dunia musik sendiri, sebuah lagu dikatakan plagiat jika memiliki kemiripan dengan lagu lain sebanyak 8 bar atau lebih.
Oh, jadi itu yang dinamakan plagiat? Plagiat memang sesuatu yang merugikan. Namun, apakah bijaksana jika kita langsung menjudge bahwa sebuah lagu menjiplak lagu lain tanpa mengerti apa sebenarnya plagiat itu sendiri?
Ya, setiap orang memang mempunyai pendapat masing-masing. Tapi, saya sedikit merasa risih saat mendengar beberapa orang yang menyatakan 'anti' terhadap suatu band tertentu setelah mengatakan bahwa band tersebut plagiat.


GELAS SETENGAH BERISI ATAU GELAS SETENGAH KOSONG
Ya, bisa dikatakan ini hanyalah pendapat saya. Setiap orang pasti memiliki idola, tak terkecuali para seniman sekalipun. Seorang seniman yang mengidolakan seniman lain, ketika menghasilkan sebuah karya, tidak akan bisa dipungkri bahwa dalam karya seni itu sendiri akan terkandung sentuhan-sentuhan dari seniman lain yang diidolakannya. Hal ini tidak berlaku dalam hal bermusik saja. Saya memiliki seorang teman yang sangat suka menggambar karakter-karakter kartun Jepang. Waktu SMP, dia sangat mengidolakan sebuah komik. Hasilnya, di masa SMP, dia memiliki style gambar sama seperti komik yang diidolakannya. Begitu juga di SMA ketika dia mengidolakan komik lain. Dengan kata lain, dia memiliki style yang sama dengan yang diidolakannya meskipun memiliki perbedaan.


"Intinya, apa yang kita pelajari itu apa yang kita keluarin," kata personil J-Rocks yang lain. "Kami sendiri sangat menyukai L'arc~en~ciel."


Saya sangat setuju dengan pernyataan ini. Saya sendiri juga pernah membaca di suatu sumber di internet. Intinya, dalam artikel tersebut disebutkan bahwa kita akan sangat membuang-buang waktu jika ingin mencari lagu-lagu yang benar-benar pure tanpa pengaruh dari lagu-lagu lain. Saya juga sependapat dengan hal ini. Pernahkah kalian mendengar nama The Beatles? Saya yakin pernah. Mereka dikenal sebagai band pertama yang mempertontonkan aksi rock di atas panggung. Namun, apakah kalian juga tahu bahwa sebuah band bernama The Tielman Brothers, telah mempertontonkan aksi rock ini jauh sebelum The Beatles terbentuk? Sebagai tambahan, The Tielman Brothers sendiri adalah band asal Indonesia yang mulai terkenal setelah berhijrah ke Belanda pada tahun 1957. Aksi gitar sang frontman, Andy Tielman, dipercaya juga menjadi inspirasi bagi gitaris yang merupakan legenda sekelas Jimi Hendrix.


"Itu hanya seperti pendapat gelas itu setengah berisi atau gelas setengah kosong," kata seorang personil Mocca ketika ditanya perihal pembajakan ini. 
"Kita bisa melihatnya dari sisi positif atau negatif," kata anggota yang lain. "Hasil pembajakan ini bisa jadi ajang promo gratis."


Sebelum J-Rocks terkenal, tidak banyak orang yang tahu tentang L`arc~en~Ciel. Baiklah, mungkin cukup banyak. Tapi, semenjak J-Rocks memperkaya dunia musik di Indonesia diiringi dengan pro-kontra yang mengikutinya, jumlah ini terus bertambah. Saya tidak mengatakan J-Rocks plagiat, akan tetapi, pernyataan salah satu personil Mocca ini memang sudah terbukti benar. Begitu menyukai J-Rocks, seseorang akan tergoda untuk mencari tahu tentang L`arc~en~Ciel.


"Sebenarnya, bagaimana sih tanggapan J-Rocks dikatakan seperti itu?" tanya pewawancara lagi kepada J-Rocks.
"Kami nggak niru," kata salah seorang dari mereka spontan. "Ini sama aja dengan orang-orang yang mengatakan, 'Kami pingin bawain aliran Rock&Roll, nih. Seperti Rolling Stone.' Sama aja, kita (terpengaruh) Jepang, seperti L`arc~en~Ciel."


TIDAK ADA MUSIK YANG BENAR-BENAR PURE
Pada suatu waktu senggang di antara sekian banyak waktu senggang saya yang lain, saya menemukan sebuah pendapat menarik di sebuah forum sosial terbesar di Indonesia. Thread ini sedang membahas hal yang sama seperti yang kita bicarakan saat ini dan ada sebuah pendapat yang bagi saya menarik. Saya pun saling berkirim pesan dengan pemilik pendapat yang menarik ini. Setelah percakapan lewat forum selama beberapa hari, saya baru mengetahui bahwa ternyata dia merupakan alumni dari kampus kita tercinta yang lulus pada tahun 2005. Namanya Dhani Machfud, saat ini dia bekerja di Direktorat Jenderal Pajak dan tergabung dalam komunitas Tax Underground Community.
"Saya termasuk salah satu pendengar Laruku era-era awal meskipun sekarang sudah tidak mengikuti perkembangannya lagi. Saya juga termasuk penggemar J-Rocks sejak mereka masih jadi peserta Nescafe Get Started. Waktu itu nama mereka masih J-Rockstar," begitu dia mengawali pendapatnya terhadap thread tersebut.
"Pendapat saya tentang J-Rock's: Mereka adalah band yang berani, secara penampilan, secara performance, dan benar-benar membawa angin segar ke dunia musik Indonesia yang lagi stuck-nya."
"...Terinspirasi kadang menimbulkan kesalah pahaman yang menjebak musisi untuk menjadi seorang plagiat. Tapi tergantung bagaimana kita menyikapi lagunya. Apakah part yang dibajak itu adalah esensi dari keseluruhan lagu dan mewakili keseluruhan lagu? Apakah intro lagu yang dibajak oleh J-Rock's adalah sebuah esensi dari keseluruhan lagu 4th Avenue Cafe? Tentu bukan. Hanya sedikit 'nuansa' yang berusaha dimasukkan oleh J-rock's disitu. 
Demikian juga dengan lagu 'Ceria' yang katanya mirip dengan lagu 'Cest La Vie', beatnya malah mirip dengan lagu 'Astaga' (James F. Sundah), tapi kalau didengar-dengar, lagu 'Ceria' dan 'Astaga' kok mirip sama 'You Can't Hurry Love' nya Phil Collins ya? Hayoo siapa contek siapa?"


OPEN MINDED ITU PERLU
Begitulah, pada intinya, ada baiknya kita berpikiran positif dan berpikiran lebih terbuka mengenai hal yang satu ini. Hal itu karena, seperti sudah dikatakan di awal, tidak ada musik yang benar-benar pure. Mengutip pendapat Iman J-Rocks pada suatu sesi wawancara lain yang saya dapatkan di internet, "Pokoknya, tetap open minded. Jangan cepat terbawa hawa kebencian. Lebih jujur aja, tanya kepada hati sanubari kalian. Apakah hujatan, makian, cercaan, dan sebagainya itu memang benar adanya?"
Ketika kita telah terbawa hawa kebencian, secara otomatis kita tidak akan dapat memberikan pendapat yang obyektif lagi. Tidak ada band yang tidak terpengaruh musik dari band lain yang menjadi idolanya. Bahkan, meskipun karya-karya awal L`arc~en~Ciel sangat Dead End, begitu pula penampilan Hyde yang sangat mirip dengan Morrie Dead End, toh mereka sekarang mereka memiliki style tersendiri bagi musik mereka. Mengapa kita tidak memberikan kesempatan yang sama bagi band dalam negeri?

AKHIR DARI ACARA PUNCAK ACCOUNTING CARNIVAL 2011
J-Rocks menutup penampilannya malam itu, yang akan menjadi penampilan puncak dari rangkaian acara Accounting Carnival. Iman pun memberikan pujian kepada penonton yang memberikan feedback yang sangat memuaskan bagi mereka. Mereka memainkan permainan puncak mereka. Saat itu, Iman maju, berbalik, dan meletakkan gitarnya di belakang kepala sambil memainkannya. Penonton pun, untuk kesekian kalinya, bersorak. Seluruh penonton pun bertepuk tangan puas. Bahkan, ketika para personil J-Rocks meninggalkan panggung, para penonton masih tetap berada di tempatnya sambil bertepuk tangan. Bagi saya, setelah menyaksikan penampilan mereka malam itu, alasan untuk memandang kemampuan mereka dengan sebelah mata sebenarnya tidak ada. 

Minggu, 15 Mei 2011

EUFORIA: Malam Acara Puncak Accounting Carnival yang Tak Terlupakan

Waktu sudah menunjukkan pukul 16.00 pada 8 Mei 2011. Para penonton Acara Puncak Accounting Carnival (AP/AC) sudah mulai berdatangan. Mereka adalah sekumpulan orang-orang yang menanti-nanti untuk menyaksikan Mocca ataupun J-Rocks secara langsung. Beberapa panitia yang telah mempersiapkan acara sebaik mungkin terlihat mondar-manir di lokasi. Beberapa orang menjaga ticket box, beberapa terlihat sedang berkutat dengan proyektor di sisi kiri panggung, dan, yang paling heboh, terdapat seorang panitia dengan pengeras suara yang terus berteriak ke arah jalan raya yang lumayan ramai.
"Ayo! Ayo! J-Rocks dan Mocca! Penggemar J-Rocks dan Mocca, saksikan penampilan J-Rocks dan Mocca!" teriak seorang panitia tersebut. Mau tak mau, orang-orang yang sedang berkendara teralih perhatiannya, beberapa bahkan sampai berhenti dan menanyakan pada panitia mengenai acara puncak. Tak ayal, hal tersebut menimbulkan kemacetan. Tapi, demi kesuksesan acara, tidak masalah lah. Hahahahaha. Tidak, tidak. Lokasi tersebut memang termasuk salah satu jalanan yang sering terkena macet, terutama menjelang petang.

Menjelang petang, adzan maghrib berkumandang. Acara diistirahatkan, para panitia dan penonton muslim pun berbondong-bondong untuk beribadah. Ketika beberapa saat kemudian penonton kembali mengisi lapangan Pondok Betung, MC mengumumkan penampilan Mocca, para penonton yang telah menanti-nantikan penampilan band beraliran swing jazz itu mulai beranjak dan bergerak maju untuk mendekati panggung.
Mocca yang beranggotakan Riko Prayitno (gitar), Arina Ephiphania (vokal dan flute), Achmad Pratama (bass), dan Indra Massad (drum), serta seorang pemain additional yang memainkan saxophone menyapa Lapangan Pondok Betung dengan lagu pertama mereka malam itu yang berjudul 'I Think I'm in Love'. Beberapa penonton yang sebagian besar laki-laki pun secara mengejutkan mampu melafalkan lagu-lagu Mocca yang sebagian besar ditulis dalam bahasa Inggris.


"Dari tadi capek ya nyanyi lagu bahasa Inggris terus?" Dengan senyumnya yang ramah dan menawan, Arina mencoba berinteraksi dengan penonton sementara anggota Mocca yang lain beristirahat. Penonton pun menjawab prtanyaan tersebut dengan jawaban versi mereka masing-msing. Tak lama berselang, lagu berbahasa Indonesia berjudul 'Hanya Satu' yang bernuansa sendu mengalun, membuat para penonton terbawa suasana. Lagu tersebut disusul dengan lagu yang berirama lebih rancak berjudul 'Do What You Wanna Do' yang diikuti para penonton dengan antusias. Yang jelas, penampilan Mocca yang sangat elegan di atas panggung tersebut mampu memikat para penonton yang hadir malam itu.

Penampilan Mocca yang sudah memukau dilanjutkan dengan penampilan-penampilan dari mahasiswa STAN. Dari sudut pandang penonton, penyusunan acara ini memang sedikit mengecewakan. Tapi, penampilan J-Rocks setelah itu menyembuhkan segalanya.


Aku dan personil Mocca

Para penonton bersorak penuh antusiasme ketika MC memanggil nama J-Rocks. Suasana menjadi begitu sunyi ketika asap buatan mulai mengepul dengan diiringi pencahayaan yang kemerahan. Di sudut kiri panggung, seseorang dengan kemeja berwarna putih terlihat samar. Para penonton memandang dengan rasa ingin tahu. Saat terdengar suara gitar yang meraung-raung, sontak seluruh penonton bersorak penuh gairah. Penata lampu mengarahkan lampu sorot ke pria berkemeja putih di sudut panggung yang ternyata adalah Sony, gitaris J-Rocks. Tangannya dengan mahir memainkan gitarnya sehingga menghasilkan melodi lagu 'Tanah Air Beta' yang membuat penonton terbawa suasana dan akhirnya menyanyikan lagu tersebut dengan khidmad.

Kekaguman yang sesungguhnya baru memuncak ketika seluruh personil J-Rocks naik ke atas panggung dan menghentak malam dengan lagu-lagu mereka yang entah bagaimana terdengar jauh lebih baik dari hasil rekamannya. Perpaduan permainan empat personil J-Rocks--Iman (vokal dan gitar), Sony (gitar), Wima (bass), dan Anton (drum)--yang lebih garang namun tetap harmonis dengan dibumbui permainan skill yang luar biasa mampu membuktikan bahwa mereka bukanlah musisi yang hanya bisa dipandang sebelah mata. Aksi mereka yang penuh semangat di atas panggung sepertinya menular pada para penonton, sehingga mereka berjingkrak-jingkrak dengan penuh semangat.

Penampilan J-Rocks dan Mocca malam itu mendapat tempat tersendiri di hati penonton. Beberapa penonton memang kecewa karena satu dan lain hal. Akan tetapi, sebagian besar menyatakan bahwa mereka puas dengan acara yang merupakan acara terakhir dari rangkain acara Accounting Carnival 2011. "Penampilan J-Rocks menutupi kekurangan yang ada. Salut untuk panitia," kata salah seorang penonton.

Rabu, 04 Mei 2011

Inilah Mengapa Para Archer Membidikkan Anak Panah Mereka Lebih Tinggi dari Sasarannya



PROLOG
Kemarin (3 Mei 2011) seorang teman di kelasku menawarkan sesuatu yang menarik perhatianku. Dia berdiri di depan kelas selagi menanti dosen dan berkata kepada sekelompok teman-teman sekelasku yang sedang bersantai (aku termasuk salah satu di antara mereka), "Eh, ini pada ada yang pingin ikut Japanese Educational Seminar ga?"

Sensor telingaku, menangkap kata-kata Japan***, langsung tertarik. Aku langsung bertanya, "Kapan? Kapan?"

Temanku pun dengan gaya informan, memberitahukan informasi yang dibutuhkan, tapi, lalu dia berkata, "Ya ntar deh gue post di grup kelas (grup di facebook maksudnya)."

Aku yang merasa sangat bersemangat, langsung membuka grup kelas sesampainya di kos. Temanku itu sudah mengepost link yang ada. Aku mengeklik link tersebut lalu melihat-lihat member dari Japanese Universities for Motivated People (JUMP). Dan betapa senangnya waktu aku mendapati Tsukuba University (universitas sasaranku untuk menempuh S2 nanti) menjadi salah satu member dari JUMP ini. Aku jadi semakin bersemangat. Sambil membuka-buka link bar link bar yang ada, akhirnya aku menemukan link pendaftaran. Aku pun mendaftarkan diri.

Setelah pihak penyelenggara mengirim form undangan yang harus kubawa saat hari H nanti melalui e-mailku, akupun kembali membuka fb grup kelasku. Ternyata sudah banyak komen yang muncul di bawah post temanku. Saat menscroll mouse-ku, aku terpaku pada salah satu komen temanku yang mengatakan: Aku kuliah di Indonesia aja cukup (Melirik kemampuan). Lho kok?

Aku tidak menyalahkan cita-citanya untuk berkuliah di Indonesia. Yang aku permasalahkan hanya tambahannya '(melirik kemampuan)'. Ada apa memang dengan kemampuannya? Padahal, jika dibandingkan dengan IP-ku, IP-nya selalu lebih baik.
Aku selalu heran dengan orang-orang yang sebenarnya pintar tetapi malah memiliki cita-cita yang menurutku kurang--apa ya kata yang tepat?--ya, agak kurang sesuai lah dengan kemampuan dia yang sebenarnya. Aku pernah memiliki seorang teman di SMA, dia temanku dari SMP. Orangnya sangat pintar dan selalu masuk 10 besar di sekolah (bukan hanya di kelas). Tapi dia tidak memiliki cita-cita yang tinggi. Untuk ukuran orang seperti dia, aku mengira dia akan menjadi dokter yang handal suatu hari nanti, mengingat ibu dan kakaknya adalah orang medis dan dia juga menyatakan ingin menjadi orang medis. Akan tetapi, apa yang terjadi? Saat ini dia berkuliah di Keperawatan. Sayang sekali untuk orang yang memiliki potensi dan kemampuan luar biasa seperti yang dimilikinya.

Suatu kali, ketika kami bertemu, dia menyatakan penyesalannya padaku. "Iya ya, Ra? Seharusnya aku jadi dokter, bukan perawat," katanya dengan raut muka yang pasti sudah bisa ditebak.
Ya, dia menyesal.



Mindset

MINDSET
Ini bukan tentang orang pintar yang menyesali keputusannya. Ini adalah tentang passion, cita-cita, dan yang terpenting: mindset. Orang sukses adalah orang dengan mindset yang luar biasa. Mereka memikirkan passion dan cita-cita mereka sedemikian rupa sehingga apa yang ada dalam pikiran mereka itu benar-benar terwujud. Mereka membentuk pikiran mereka sedemikian rupa, mengendapkannya di dalam kepala, sehingga berpikir itulah jalan hidup mereka. Lalu tubuh mereka merespon. Semesta pun mendukungnya. Lalu, apa yang ada di pikiran mereka pun akhirnya menjadi kenyataan. Dengan kata lain, orang-orang dengan mindset yang luar biasa ini telah menciptakan bagi mereka sendiri jalan kehidupan yang ingin mereka tempuh.

Orang-orang dengan mindset kuat ini, ketika menghadapi rintangan, akan berpikir bahwa rintangan-rintangan itu hanyalah bumbu penyedap yang akan memberikan rasa bagi keberhasilan mereka nantinya. Karena mereka yakin mereka akan meraih tujuan mereka. Tidak percaya?

Meskipun aku belum--aku tekankan: belum--termasuk orang sukses, aku adalah termasuk orang-orang yang memiliki mindset bagi hidupku. Mintalah aku menceritakan bagaimana aku beberapa tahun mendatang. Aku akan menjawabnya. Mobil pertamaku? Bagaimana bentuk rumahku? Apa yang akan kuraih sepuluh tahun dari sekarang? Aku sudah memikirkannya. Ya, meskipun Allah pada akhirnya yang akan menentukan apakah itu semua bisa terwujud. Sebagai tambahan, aku sudah mendesain bentuk rumahku nantinya saat kelas XII SMA. Aku berharap itu akan terealisasi.

Inilah mindset-mindset yang kumiliki dan sudah terealisasi:
1. Aku sudah membayangkan namaku tertulis di kover sebuah novel saat aku masih berkutat dengan serial Ninjas yang kutulis sewaktu duduk di bangku SD, pada akhirnya itu terealisasi saat aku duduk di bangku SMA kelas XI, sekitar 5 tahun setelah aku menetapkan namaku harus tertulis di kover sebuah novel. Novel pertamaku yang berjudul Kick-Off!!! akhirnya terbit. Mindsetku berhasil.
2. Aku sudah menentukan ke SMP mana dan SMA mana saat aku masih duduk di bangku SD. Kalau buku-buku SD-ku kutemukan, pasti aku akan melihat daftar sekolah impianku yang sudah kubuat sejak aku duduk di kelas V SD. Daftar itu seperti ini: SDN Gadang V, SMP Negeri 3 Malang, SMA Negeri 3 Malang. Dan, semua itu bisa kuraih secara ajaib meskipun aku tidak termasuk anak pintar.
3. Kalau aku membuka buku-buku SMA-ku, hampir di setiap buku akan kutemukan tulisan: Menuju STAN, dengan gambar kartun diriku yang sedang mengepalkan tangan. Dan, di sinilah aku sekarang.

Jadi, begitulah. Bagiku, untuk mendapatkan kesuksesan, kita harus membidikkan cita-cita kita setinggi-tingginya. Meski aku tidak pernah mendapatkan IP cum laude, aku tidak takut mengatakan bahwa aku akan menjadi mahasiswi master degree di Social and Economic Science di Tsukuba University. Itulah asal mula nama blog-ku: Road to 筑波大学 (Road to Tsukubadaigaku/ menuju universitas Tsukuba).


SEBUAH FILSAFAT
Suatu hari, ketika membuka sebuah presentasi, seorang temanku bercerita:
Seorang pangeran sedang belajar memanah (istilah Jawanya: ngembat watang). Awalnya dia membidik sasarannya dengan mengarahkan panahnya tegak lurus dengan sasarannya itu. Bidikannya selalu meleset, karena panahnya selalu menancap di bawah sasarannya. Saat itu, gurunya berkata, "Kalau membidikkannya dengan lurus-lurus saja, tembakanmu tidak akan mengenai sasaran."
Pangeran itupun bertanya, "Lalu, aku harus bagaimana, guru?"
"Arahkan anak panahmu lebih tinggu dari sasaran itu, maka anak panah itu akan menancap tepat di sasaranmu," kata gurunya bijak.
Sang Pangeran pada awalnya ragu-ragu, tapi lalu ia menuruti kata-kata gurunya. Dia memiringkan arah anak anahnya membentuk sudut, sedikit lebih tinggi dari sasarannya. Saar tangan kanannya melepaskan anak panah itu, dan anak panah itu melesat, pada awalnya anak panah itu memang mengarah ke atas. Tapi, pada jarak tertentu anak panah itu menurun, lalu jatuh dan menancap tepat di sasaran.


Baiklah, kita analogikan sasaran itu sebagai kesuksesan kita. Lalu, analogikan bagaimana kita membidik sasaran itu sebagai bagaimana kita harus menetapkan cita-cita kita. Untuk meraih kesuksesan kita sendiri, kita tidak perlu ragu-ragu untuk memiliki cita-cita setinggi mungkin. Cita-cita tinggi itulah yang akan mengantar kita pada kesuksesan versi kita. Jadi, jangan pernah lagi kata-kata melirik kemampuan atau kata-kata pesimistis lainnya menghalangi jalan kita menuju kesuksesan.

EPILOG
Bayangkan jika para pemanah mangarahkan anak panah mereka lurus dari sasaran, mereka tidak akan pernah mencapkan ujung anak panah mereka di sasaran secara tepat. Oleh karena itulah, untuk menancapkan panah itu tepat pada sasaran, mereka membidikkan anak panahnya lebih tinggi dari sasarannya. Itulah mengapa mereka membidikkan anak panah mereka lebih tinggi dari sasaran mereka.




Popular Posts