Rabu, 04 Mei 2011

Inilah Mengapa Para Archer Membidikkan Anak Panah Mereka Lebih Tinggi dari Sasarannya



PROLOG
Kemarin (3 Mei 2011) seorang teman di kelasku menawarkan sesuatu yang menarik perhatianku. Dia berdiri di depan kelas selagi menanti dosen dan berkata kepada sekelompok teman-teman sekelasku yang sedang bersantai (aku termasuk salah satu di antara mereka), "Eh, ini pada ada yang pingin ikut Japanese Educational Seminar ga?"

Sensor telingaku, menangkap kata-kata Japan***, langsung tertarik. Aku langsung bertanya, "Kapan? Kapan?"

Temanku pun dengan gaya informan, memberitahukan informasi yang dibutuhkan, tapi, lalu dia berkata, "Ya ntar deh gue post di grup kelas (grup di facebook maksudnya)."

Aku yang merasa sangat bersemangat, langsung membuka grup kelas sesampainya di kos. Temanku itu sudah mengepost link yang ada. Aku mengeklik link tersebut lalu melihat-lihat member dari Japanese Universities for Motivated People (JUMP). Dan betapa senangnya waktu aku mendapati Tsukuba University (universitas sasaranku untuk menempuh S2 nanti) menjadi salah satu member dari JUMP ini. Aku jadi semakin bersemangat. Sambil membuka-buka link bar link bar yang ada, akhirnya aku menemukan link pendaftaran. Aku pun mendaftarkan diri.

Setelah pihak penyelenggara mengirim form undangan yang harus kubawa saat hari H nanti melalui e-mailku, akupun kembali membuka fb grup kelasku. Ternyata sudah banyak komen yang muncul di bawah post temanku. Saat menscroll mouse-ku, aku terpaku pada salah satu komen temanku yang mengatakan: Aku kuliah di Indonesia aja cukup (Melirik kemampuan). Lho kok?

Aku tidak menyalahkan cita-citanya untuk berkuliah di Indonesia. Yang aku permasalahkan hanya tambahannya '(melirik kemampuan)'. Ada apa memang dengan kemampuannya? Padahal, jika dibandingkan dengan IP-ku, IP-nya selalu lebih baik.
Aku selalu heran dengan orang-orang yang sebenarnya pintar tetapi malah memiliki cita-cita yang menurutku kurang--apa ya kata yang tepat?--ya, agak kurang sesuai lah dengan kemampuan dia yang sebenarnya. Aku pernah memiliki seorang teman di SMA, dia temanku dari SMP. Orangnya sangat pintar dan selalu masuk 10 besar di sekolah (bukan hanya di kelas). Tapi dia tidak memiliki cita-cita yang tinggi. Untuk ukuran orang seperti dia, aku mengira dia akan menjadi dokter yang handal suatu hari nanti, mengingat ibu dan kakaknya adalah orang medis dan dia juga menyatakan ingin menjadi orang medis. Akan tetapi, apa yang terjadi? Saat ini dia berkuliah di Keperawatan. Sayang sekali untuk orang yang memiliki potensi dan kemampuan luar biasa seperti yang dimilikinya.

Suatu kali, ketika kami bertemu, dia menyatakan penyesalannya padaku. "Iya ya, Ra? Seharusnya aku jadi dokter, bukan perawat," katanya dengan raut muka yang pasti sudah bisa ditebak.
Ya, dia menyesal.



Mindset

MINDSET
Ini bukan tentang orang pintar yang menyesali keputusannya. Ini adalah tentang passion, cita-cita, dan yang terpenting: mindset. Orang sukses adalah orang dengan mindset yang luar biasa. Mereka memikirkan passion dan cita-cita mereka sedemikian rupa sehingga apa yang ada dalam pikiran mereka itu benar-benar terwujud. Mereka membentuk pikiran mereka sedemikian rupa, mengendapkannya di dalam kepala, sehingga berpikir itulah jalan hidup mereka. Lalu tubuh mereka merespon. Semesta pun mendukungnya. Lalu, apa yang ada di pikiran mereka pun akhirnya menjadi kenyataan. Dengan kata lain, orang-orang dengan mindset yang luar biasa ini telah menciptakan bagi mereka sendiri jalan kehidupan yang ingin mereka tempuh.

Orang-orang dengan mindset kuat ini, ketika menghadapi rintangan, akan berpikir bahwa rintangan-rintangan itu hanyalah bumbu penyedap yang akan memberikan rasa bagi keberhasilan mereka nantinya. Karena mereka yakin mereka akan meraih tujuan mereka. Tidak percaya?

Meskipun aku belum--aku tekankan: belum--termasuk orang sukses, aku adalah termasuk orang-orang yang memiliki mindset bagi hidupku. Mintalah aku menceritakan bagaimana aku beberapa tahun mendatang. Aku akan menjawabnya. Mobil pertamaku? Bagaimana bentuk rumahku? Apa yang akan kuraih sepuluh tahun dari sekarang? Aku sudah memikirkannya. Ya, meskipun Allah pada akhirnya yang akan menentukan apakah itu semua bisa terwujud. Sebagai tambahan, aku sudah mendesain bentuk rumahku nantinya saat kelas XII SMA. Aku berharap itu akan terealisasi.

Inilah mindset-mindset yang kumiliki dan sudah terealisasi:
1. Aku sudah membayangkan namaku tertulis di kover sebuah novel saat aku masih berkutat dengan serial Ninjas yang kutulis sewaktu duduk di bangku SD, pada akhirnya itu terealisasi saat aku duduk di bangku SMA kelas XI, sekitar 5 tahun setelah aku menetapkan namaku harus tertulis di kover sebuah novel. Novel pertamaku yang berjudul Kick-Off!!! akhirnya terbit. Mindsetku berhasil.
2. Aku sudah menentukan ke SMP mana dan SMA mana saat aku masih duduk di bangku SD. Kalau buku-buku SD-ku kutemukan, pasti aku akan melihat daftar sekolah impianku yang sudah kubuat sejak aku duduk di kelas V SD. Daftar itu seperti ini: SDN Gadang V, SMP Negeri 3 Malang, SMA Negeri 3 Malang. Dan, semua itu bisa kuraih secara ajaib meskipun aku tidak termasuk anak pintar.
3. Kalau aku membuka buku-buku SMA-ku, hampir di setiap buku akan kutemukan tulisan: Menuju STAN, dengan gambar kartun diriku yang sedang mengepalkan tangan. Dan, di sinilah aku sekarang.

Jadi, begitulah. Bagiku, untuk mendapatkan kesuksesan, kita harus membidikkan cita-cita kita setinggi-tingginya. Meski aku tidak pernah mendapatkan IP cum laude, aku tidak takut mengatakan bahwa aku akan menjadi mahasiswi master degree di Social and Economic Science di Tsukuba University. Itulah asal mula nama blog-ku: Road to 筑波大学 (Road to Tsukubadaigaku/ menuju universitas Tsukuba).


SEBUAH FILSAFAT
Suatu hari, ketika membuka sebuah presentasi, seorang temanku bercerita:
Seorang pangeran sedang belajar memanah (istilah Jawanya: ngembat watang). Awalnya dia membidik sasarannya dengan mengarahkan panahnya tegak lurus dengan sasarannya itu. Bidikannya selalu meleset, karena panahnya selalu menancap di bawah sasarannya. Saat itu, gurunya berkata, "Kalau membidikkannya dengan lurus-lurus saja, tembakanmu tidak akan mengenai sasaran."
Pangeran itupun bertanya, "Lalu, aku harus bagaimana, guru?"
"Arahkan anak panahmu lebih tinggu dari sasaran itu, maka anak panah itu akan menancap tepat di sasaranmu," kata gurunya bijak.
Sang Pangeran pada awalnya ragu-ragu, tapi lalu ia menuruti kata-kata gurunya. Dia memiringkan arah anak anahnya membentuk sudut, sedikit lebih tinggi dari sasarannya. Saar tangan kanannya melepaskan anak panah itu, dan anak panah itu melesat, pada awalnya anak panah itu memang mengarah ke atas. Tapi, pada jarak tertentu anak panah itu menurun, lalu jatuh dan menancap tepat di sasaran.


Baiklah, kita analogikan sasaran itu sebagai kesuksesan kita. Lalu, analogikan bagaimana kita membidik sasaran itu sebagai bagaimana kita harus menetapkan cita-cita kita. Untuk meraih kesuksesan kita sendiri, kita tidak perlu ragu-ragu untuk memiliki cita-cita setinggi mungkin. Cita-cita tinggi itulah yang akan mengantar kita pada kesuksesan versi kita. Jadi, jangan pernah lagi kata-kata melirik kemampuan atau kata-kata pesimistis lainnya menghalangi jalan kita menuju kesuksesan.

EPILOG
Bayangkan jika para pemanah mangarahkan anak panah mereka lurus dari sasaran, mereka tidak akan pernah mencapkan ujung anak panah mereka di sasaran secara tepat. Oleh karena itulah, untuk menancapkan panah itu tepat pada sasaran, mereka membidikkan anak panahnya lebih tinggi dari sasarannya. Itulah mengapa mereka membidikkan anak panah mereka lebih tinggi dari sasaran mereka.




5 komentar:

  1. Bagus Ra.. :) Btw masih ada hardcopy novel km nggak Ra? Mau baca dong.. :)

    BalasHapus
  2. Ehehehehehehe.... Jangan, Ka. Malu aku... Ntar aja novelku yang kedua ya? (Amiiiiin!)

    BalasHapus
  3. gw kira mau ngomongin teori fisika.. *melipir*

    BalasHapus
  4. sip ra... I know what you mean...
    tidak ada salahnya mempunyai impian yang tinggi :)

    BalasHapus
  5. @Aldo: Ketipu nih ye~ Ahahahahahaha.
    @Novi: Btul, nov. Kita harus punya cita2 tinggi untuk bisa menjadi orang sukses di kemudian hari. Sampai jumpa di puncak kesuksesan!

    BalasHapus

Popular Posts